Kamis, 09 Oktober 2014

Nuraniku...

Nurani itu apa sih? Ribet ya kalau ngomongin definisinya. Gampangnya, nurani itu hati kecil kita yg berbicara tiap kali kita akan berbuat sesuatu. Saya yakin semua udah pada ngeh dengan apa yang saya maksud.
Hati nurani pasti akan menunjukkan kebaikan. Memang betul,karena fitrah manusia itu suci dari dosa. Menurut surat Ar-Ruum:30, manusia diciptakan dengan fitrah yang lurus sesuai agama Allah.
So, direct your face toward the religion, iclining the truth.(Adhere to) the fitrah of Allah upon which He has created (all) people. No change should there be in the creation of Allah. That is the correct religion, but most of the people do not know.

Bahkan menurut seorang doktor (maaf saya lupa siapa), sekalipun ada seorang manusia yang kepadanya tidak sampai ajaran Islam, kalau dia menuruti hati nuraninya (jika tidak terpengaruh apapun) maka dia akan tetap bisa menemukan hidayah. Tetap bisa menemukan Allah.
Tapi buat kita manusia yang sangat amat biasa dan hidup di jaman kacau balau seperti ini, masih tajamkah nurani kita? Atau sudah mulai terkikis oleh hitamnya hati? Misalkan ya, kita melanggar traffic light di persimpangan jalan. Waktu menerobos lampu merah, adakah suatu tolakan dari dalam hati? Adakah terdengar suara yang seolah berkata “Duh ini harusnya ga diterobos lampu merahnya” ?

Nurani, yang berasal dari fitrah tauhid kita bisa memudar. Sangat bisa memudar. Lewat televisi, radio, internet,pergaulan, dan lain-lain. Dunia yang kita lihat sekarang ini, membolehkan semua yang tidak boleh dalam islam dan menolak semua teori absolute truth. Ya itu teori postmodernism, dan memang terjadi kog. Padahal dalam Islam kan adanya absolute truth ya? Teman-teman, walaupun kita masih beragama Islam tetapi semua itu membuat kita hanya diam saja melihat maksiat terjadi. Semua yang kita lihat di film membuat kita berpikir “Ya itu kan mereka biasa berbuat seperti itu. Yang penting kita sendiri enggak”. Itu salah lho teman-teman. Nurani mulai terkikis.

Kemudian kita berbuat dosa. Satu, jadi titik hitam di hati. Tidak bertaubat, karena bisa jadi lupa atau berpikir “Ah ya sudah lah”. Dua, nambah titik hitam di hati. Tiga, empat, lima dan seterusnya sampai hati kita jadi hitam. Terbiasa melakukan maksiat. Habis sudah nurani kita. Habis sudah naluri ketuhanan kita. Lupa sama Allah.

Saya tidak tahu seberapa jauh saya sama Allah. Saya tidak bisa mengukur dengan pasti seberapa permisif saya dengan kemaksiatan. Tapi saya menyadari, saya mulai lupa untuk menjaga hijab saya dengan sangat hati-hati. Saya tidak terbiasa untuk menjaga pandangan terhadap mreka yang tidak seharusnya saya pandang. Saya..ah, malu untuk membuka aib saya disini. Yang pasti, hati saya mulai menghitam. I barely feel my fitrah. 

Maka saya akan memulai lagi. Mulai menghidupkan nurani. Memperkuat rasa ketuhanan yang telah lama melemah. Kembali mencari Allah. Kembali meminta perlindungan pada Allah, meninggikan rasa takut hanya untukNya. Ya Allah,peluklah aku. Dengar bisikku dalam setiap sujudku. Bangunkan aku setiap malam, hanya untuk bercakap-cakap denganMu. Bercerita dan memohon apapun padaMu. Ya Allah,bimbinglah aku setiap saat melalui nurani yang Engkau alirkan pada hatiku…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar